Cara Buat Rencana Investasi Jangka Panjang untuk Masa Pensiun

dampak kegagalan proses bisnis
Cara Buat Rencana Investasi Jangka Panjang untuk Masa Pensiun. (ilustrasi)

VINANSIA.COM — Mungkin di antara kamu masih ada yang bingung bagaimana cara buat rencana investasi untuk masa depan atau masa pensiun. Tenang, kami akan menjelaskannya secara detail.

Untuk membuat rencana investasi untuk masa pensiun, ada beberapa hal yang perlu kami pahami. Variabel pertama ialah keuangan kita sendiri. Artinya, kita harus tahu berapa kemampuan investasi yang bisa kita lakukan berdasarkan penghasilan atau pendapatan kita.

Tidak perlu panjang lebar lagi, berikut ini penjelasan cara buat rencana investasi untuk masa depan atau jangka panjang atau masa pensiun:

1. Pahami posisi keuangan kamu saat ini – Cara Buat Rencana Investasi

Kamu harus mendata berapa banyak harta yang dimiliki dan berapa banyak hutang yang dimiliki. Jumlah harta bersih (nett assets) adalah jumlah harta di atas jumlah utang.

Setelah itu, kita perlu mengetahui besarnya arus kas, yaitu pemasukan dikurangi pengeluaran. Jika pemasukan sudah lebih besar dari pengeluaran, kita bisa menghitung besarnya dana yang dapat kita simpan setiap bulannya.

2. Ketahui tujuan keuangan di masa depan

Ada macam-macam tujuan keuangan yang ingin kita capai di masa yang akan datang, yang dapat kita bagi atas tujuan keuangan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Tujuan keuangan jangka pendek adalah tujuan keuangan yang dapat dicapai dalam waktu satu tahun sampai tiga tahun saja, misalnya melunasi utang-utang kartu kredit atau menabung untuk dana cadangan.

Tujuan keuangan jangka menengah berjangka waktu tiga tahun sampai dengan sepuluh tahun, misalnya rencana membeli mobil baru, atau menabung biaya uang pangkal anak kuliah.

Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan keuangan yang akan dicapai dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, misalnya menabung dana pensiun.

Penting dicatat: Meski menabung dana pensiun merupakan tujuan keuangan jangka panjang, tidak berarti bahwa kita baru mulai menabung setelah sepuluh tahun. Kita harus mulai menabung dana pensiun sejak kita memiliki penghasilan tetap.

3. Pahami toleransi resiko untuk mencapai tujuan keuangan

Toleransi resiko adalah kesanggupan kita untuk melihat nilai investasi kita mengalami penurunan dalam jangka pendek atau menengah.

Pada umumnya, pemodal yang masih muda memiliki toleransi resiko yang lebih tinggi karena usianya yang masih muda, sehingga pemodal ini masih mempunyai banyak waktu untuk melihat investasinya pulih kembali setelah mengalami kerugian (besar).

Toleransi resiko juga dipengaruhi oleh jangka waktu di mana investasi itu akan dibutuhkan untuk ditarik kembali.

Jika kamu ingin investasi jangka panjang, misalnya tabungan untuk dana pensiun, maka investasi tersebut dapat ditempatkan pada instrumen ekuitas yang beresiko tinggi karena dana pensiun baru akan ditarik setelah jangka waktu yang panjang.

4. Pahami jenis investasi sesuai batas toleransi resiko

Jika kita berinvestasi pada paper assets (intangible assets), maka sudah umum untuk membagi aset investasi kita berdasarkan tingkat resikonya menjadi instrumen pasar uang, instrumen pendapatan tetap (obligasi), dan instrumen ekuitas (saham-saham).

Pemodal dapat berinvestasi secara sendiri-sendiri alias langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan berinvestasi di pasar saham.

Atau, kamu juga bisa berinvestasi secara kolektif melalui reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, atau reksadana bersifat ekuitas. Pemodal juga dapat memilih reksadana campuran, yang portofolionya merupakan gabungan antara instrumen pendapatan tetap dan instrumen ekuitas.

5. Lakukan review dan rebalancing investasi secara berkala

Meninjau ulang atau review kondisi portofolio perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui apakah kondisi portofolio masih sesuai dengan harapan semula atau tidak.

Jika hasil review mengatakan bahwa kondisi portofolio telah berubah sehingga tidak sesuai lagi dengan alokasi aset yang semula dibuat, maka perlu diadakan pengaturan ulang (rebalancing) kondisi portofolio.

Jadi, misalnya, pada awal pembentukan portofolio telah ditetapkan bahwa alokasi aset portofolio tersebut adalah 60% ekuitas dan 40% pendapatan tetap berdasarkan pertimbangan toleransi resiko pemodal, dan pertimbangan lainnya.

Tetapi, karena kondisi pasar saham yang bergairah (bullish) dalam setahun terakhir maka kamu harus berpikir lagi untuk mengubah komposisi alokasi aset pada portofolio tersebut.

Karena pertimbangan tersebut, bisa saja kamu mengubahnya menjadi 80% ekuitas dan 20% pendapatan tetap. []

Comments