VINANSIA.COM — CEO Indodax Oscar Darmawan menceritakan kisahnya bagaimana mendirikan perusahaannya yang kini kian populer di kalangan trader maupun investor crypto. Kisah ini disampaikan saat dia bicara di kanal youtube milik Gita Wirjawan.
Oscar sebelum mendirikan Indodax, memiliki rekan atau teman bernama William Sutanto, yang kelak menjadi CTO Indodax. Ketertarikannya pada dunia crypto dimulai dari kedekatannya dengan William. Saat itu, pada tahun 2012, William sudah memiliki blog yang isinya tentang bitcoin dan di dalamnya terdapat fitur jual beli bitcoin.
William juga sudah membeli bitcoin pada 2012, yang dibelinya pada saat bitcoin masih di kisaran Rp 100.000. Sedangkan Oscar beli bitcoin saat harganya masih di bawah Rp 1 juta, pada tahun 2013.
Oscar semakin tertarik pada bitcoin. Bahkan ketertarikannya pada bitcoin lebih besar dibandingkan dengan e-money. Ia sangat tertarik dengan sistem desentralisasi bitcoin.
Berangkat ke China Pelajari Bitcoin
William, yang lebih dulu menunjukkan minatnya pada bitcoin dibandingkan Oscar, ingin pergi ke China untuk memelajari bitcoin lebih dalam. Tiga hari sebelum keberangkatan William ke China, Oscar pun memutuskan ikut dengan William untuk memelajari bitcoin di China.
Kenapa mereka berdua memilih berangkat ke China untuk memelajari bitcoin? Karena saat itu bitcoin hanya ada di dua negara yaitu China dan Amerika Serikat.
“Kita ke China. Kita berangkat,” kata Oscar, menirukan percakapannya dengan William waktu itu. “Kemudian saya buru-buru beli tiket, urus visa, berangkat kita ke Guangzhou,” tambahnya.
Kemudian, pada sekitar 2012-2013 itulah, berangkatlah mereka ke China untuk belajar tentang bitcoin. Dalam proses memelajari bitcoin, Oscar semakin tertarik dengan bitcoin dan dia bilang ke William bahwa dia akan mengembangkan bitcoin di Indonesia.
Namun, untuk mengembangkannya, teknologi software yang digunakan harus diganti karena tidak bisa memakai sistem saat itu yang tidak ada bedanya dengan money changer.
Februari 2014 dan Lahirnya Indodax
William pun menyetujuinya, dengan maksud ingin mencoba. Hingga akhirnya, pada Februari 2014, Indodax atau bitcoin.co.id resmi diluncurkan. Sistem Indodax atau bitcoin.co.id diubah dengan sistem order book.
Di awal tahun 2014, bitcoin mulai berkembang. Komunitasnya sebagian besar ada di Bali karena di sana ada banyak bule atau ekspatriat yang menggunakan bitcoin. Mereka pun memutuskan untuk berkantor di Bali. Kantornya kecil hanya 4×5 meter atau seluas 20 meter persegi, dengan jumlah karyawan hanya empat, termasuk William dan Oscar.
William dan Oscar menerima gaji Rp 8 juta saat itu, dan dua karyawan sisanya Rp 4 juta dan Rp 5 juta. Mereka menurut Oscar adalah salah satu tim terbaik yang pernah ada di Indodax. Kantor indodax di masa awal merintis ada di jalan Kuta, dekat pantai Kuta Bali. Di kantor itu ada ATM bitcoin dan tempat untuk bertanya tentang bitcoin.
Kamar Mandi Kecoa
Di dalam kantor itu, Oscar ingat sekali bahwa di kamar mandinya ada banyak kecoa dan ia takut kecoa. Mungkin lebih tepat geli ya. “Kamar mandinya sangat berkesan buat saya,” kata dia sambil tertawa.
Selama di Bali, Oscar dan rekannya berusaha memperkenalkan bitcoin ke hotel-hotel dan restoran. Hingga kemudian, mereka berhasil membuat hotel-hotel dan restoran di Bali memakai bitcoin.
Hasilkan Profit di Tahun Pertama
Oscar mengakui Indodax saat itu masih tergolong perusahaan rintisan alias startup. Meski startup, dia menekankan Indodax sejak awal hingga sekarang adalah bootstrap.
Karena ia sadar bahwa sebuah bisnis harus kuat pondasinya dan bukan soal mencari pendanaan. Baginya bisnis adalah soal bagaimana melayani customer dan hasilnya cukup untuk operasional.
Biaya operasional yang dikeluarkan Indodax per bulan di masa awal berdiri, mencapai puluhan juta dan tidak sampai ratusan juta. Hebatnya, pada tahun pertama Indodax berdiri, Oscar menuturkan perusahaan sudah mendapat profit.
“Sekarang Indodax sudah memiliki hampir 500 karyawan, dan secara revenue itu cukup besar, setara Tbk (perusahaan terbuka yang telah melantai di bursa saham),” jelasnya. []
Comments