Reksadana Pendapatan Tetap Paling Prospektif: Bareksa Outlook Semester II/2022

bareksa

Tim Analis Bareksa, super apps investasi terintegrasi pertama di Indonesia, memperkirakan prospek reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan pasar uang bisa menjadi pilihan diversifikasi investasi yang tepat di tengah fluktuasi pasar modal dan ketidakpastian global masih tinggi di semester II 2022 ini.

Mencorongnya prospek dua jenis reksadana tersebut telah mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat sebesar 2.25% sepanjang tahun ini ke level 2,25-2,5%. Angka itu diproyeksikan akan memengaruhi kenaikan suku bunga acuan bank sentral negara-negara lain di dunia termasuk Indonesia.

“Jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya, maka harga Surat Berharga Negara (SBN) yang lebih sensitif terhadap isu makro ekonomi dikhawatirkan akan terdampak dan mengalami pelemahan,” ungkap Chief Operation Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari, dalam keterangan yang kami terima.

baca juga: Alasan Mengapa Investasi Reksadana?

Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Obligasi Korporasi Lebih Menarik

Potensi reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi lebih menarik dibandingkan jenis reksadana berbasis SBN. Selain itu kenaikan suku bunga acuan bisa memacu kinerja reksa dana pasar uang sehingga reksadana pasar uang dapat menjadi pertimbangan investor.

Tim Analis Bareksa yang beranggotakan Christian Halim (Head of Investment), Sigma Kinasih (Market & Funds Analyst) dan Ariyanto Dipo Sucahyo (Investment Analyst) memperkirakan pergerakan pasar modal pada semester II tahun 2022 ini masih fluktuatif hingga akhir kuartal III.

Pasalnya investor global masih mencermati efek kenaikan suku bunga Dolar yang agresif serta perlambatan ekonomi dunia yang berpotensi terjadi lebih cepat dari perkiraan.

Kebijakan Bank Sentral AS tersebut diambil untuk meredam lonjakan inflasi yang disebabkan oleh meroketnya harga pangan dan energi serta kelangkaan barang yang terjadi akibat terlalu cepatnya pemulihan ekonomi namun tidak diimbangi dengan pemulihan rantai pasokan barang yang cepat pula.

Pangan dan Energi Diproyeksi Turun ke Level Normal

Tim Analis Bareksa memprediksi ke depannya harga pangan dan energi akan kembali turun ke level normal seperti saat sebelum masa pandemi, kecuali harga batu bara karena embargo Eropa terhadap batubara asal Rusia. Harga batu bara di semester II 2020 diproyeksikan masih berada di kisaran US$350 hingga US$400 per ton.

Analisis Bareksa memproyeksikan Indonesia masih akan mengalami surplus neraca berjalan (Current Account) sekitar 0,7-1,2% dari PDB tahun ini. Selain itu Bank Indonesia juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi 4% di akhir 2022 dari level saat ini 3,5 persen. Prediksi itu mempertimbangkan ekspektasi inflasi Indonesia tidak melampaui angka 5% secara tahunan pada tahun ini.

Reksadana Saham dan Indeks Masih Menarik

Melihat data tersebut, prospek reksadana saham dan reksadana indeks juga masih menarik hingga akhir tahun terutama reksadana yang berbasis saham berkapitalisasi besar (big caps) yang bergerak di sektor keuangan dan infrastruktur. Sebab saat terjadi fenomena window dressing jelang akhir tahun, sektor tersebut akan diburu investor terlebih dahulu.

Putu mengatakan, investor dapat menikmati potensi imbal hasil yang lebih optimal di dua reksadana tersebut dengan target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 7.200-7.400 hingga akhir tahun.

Investor dapat mempertimbangkan untuk akumulasi secara bertahap di reksa dana saham dan reksa dana indeks, jika pasar saham (IHSG) mengalami penurunan ke kisaran level 6.500-6.700.

Perlu Diversifikasi ke Reksadana Pasar Uang dan Pendapatan Tetap

Namun untuk saat ini, guna mengantisipasi dampak lonjakan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga, investor dapat mendiversifikasi investasinya di reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi.

Kinerja Reksadana di Semester I 2022

Kinerja reksadana saham yang tercermin dari indeks reksadana saham Bareksa tercatat turun 0,15% sepanjang semester I 2022. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko global terutama akibat kebijakan pengetatan moneter AS.

Namun, terdapat sejumlah reksa dana saham dan reksa dana indeks yang sanggup mencatatkan kenaikan dalam periode tersebut, yang utamanya ditopang oleh sektor energi yang melesat hingga 43%. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan lonjakan harga komoditas energi seperti minyak mentah dan batu bara.

Hal tersebut justru menciptakan surplus neraca perdagangan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor komoditas energi dunia serta meningkatkan kinerja saham produsen komoditas. Sektor energi telah meroket 43,7% sepanjang semester I 2022.

Cermati Reksadana Saham Berbasis Big Cap

Dengan mempertimbangkan fluktuasi pasar dan ketidakpastian global yang cukup tinggi, maka investor disarankan sebaiknya mencermati reksadana saham berbasis big cap. “Sektor ini masih memiliki peluang pertumbuhan positif di semester II 2022,” ujar Putu.

reksadana saham dan indeks
Hasil riset tim Bareksa terkait Reksadana saham dan indeks untuk semester II 2022

Adapun untuk kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari indeks reksadana pendapatan tetap Bareksa sepanjang semester I 2022 juga mencatat kinerja negatif 1,03% yang diakibatkan pelemahan harga SBN.

Meski begitu, untuk reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, justru menorehkan kinerja positif. Hal ini bisa terjadi karena fluktuasi harga obligasi korporasi umumnya cenderung lebih rendah daripada SBN.

Reksadana Pasar Uang Pilihan Investasi & Diversifikasi

Untuk indeks reksadana pasar uang, Bareksa masih mencatat kinerja positif sekitar 0,96% di semester I 2022. Dengan karakter risiko terendah dibandingkan reksadana jenis lainnya, umumnya kinerja imbal hasil reksa dana ini juga tergolong rendah. Karena itu, reksadana pasar uang cocok menjadi pilihan investasi atau diversifikasi, pada saat pasar saham dan obligasi sedang bergejolak.

Reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan pasar uang untuk semester II 2022
Hasil riset Tim Bareksa terkait reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan pasar uang untuk semester II 2022

Tentang Bareksa

Bareksa adalah super app investasi terintegrasi pertama di Indonesia sejak 2016, yang telah mendapat lisensi resmi sebagai agen penjual reksadana dan penasihat investasi dari Otoritas Jasa Keuangan. Bareksa dilengkapi dengan Robo Advisor untuk memudahkan nasabah secara otomatis mengelola dana investasinya.

Bareksa menjual lebih dari 200 produk reksadana dari 40 manajer investasi terbesar di Indonesia dan memiliki lebih dari 2,8 juta akun nasabah. Selain menjual produk reksadana, Bareksa juga merupakan salah satu mitra distribusi yang dipercaya oleh Kementerian Keuangan RI untuk menjual Surat Berharga Negara (SBN) Ritel secara online sejak tahun 2018. Bareksa juga menyediakan berbagai layanan untuk penggunanya seperti data market, konten, riset, analisis, news dan banyak lainnya. []

Comments