Penjelasan Mengapa Sekarang Momen Tepat Borong Emas

Pada perdagangan Selasa (31/8/2021), harga emas dunia kembali melonjak. Kenaikan ini menjadi indikasi membaiknya sentimen terhadap emas sejak simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Saat itu, harga emas melesat 1,37%.

Pada pukul 12:20 WIB, emas dunia diperdagangkan di kisaran US$ 1.815,14/troy ons, menguat 0,27% di pasar spot. Kemarin, logam mulia ini turun 0,28%.

Sebelumnya banyak analis yang memprediksi harga emas akan mengalami penurunan tajam. Tetapi pasca simposium Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) Jumat pekan lalu, “kutukan” tersebut berakhir.

Analis komoditas dari Reuters, Wang Tao, menjadi salah satu yang memprediksi emas akan jeblok dengan menggunakan analisis teknikal. Namun, Wang kini memperkirakan gejolak harga emas sepertinya tidak akan terlalu tinggi.

Menurut Wang Tao, harga akan bergerak cenderung stabil di atas titik support US$ 1.808/troy ons dan kemudian mencoba menguji titik resistance US$ 1.826/troy ons.

“Harga emas sepertinya sudah mematahkan tren penurunan. Harga akan bangkit ke kisaran US$ 1.808/troy ons dan mungkin bisa menuju ke US$ 1.856-1.904/troy ons,” kata Wang.

Sementara itu, investor legendaris sekaligus triliuner, John Paulson, menyebutkan bahwa saat ini adalah momen bullish terhadap emas akibat inflasi yang tinggi. Saat ia berbicara di Bloomberg TV, Paulson bahkan merekomendasikan membeli emas saat ini.

“Saat inflasi meningkat, investasi yang logis adalah emas,” kata Paulson, dikutip dari CNBC Indonesia.

Inflasi di Amerika Serikat sekarang sedang tinggi-tingginya. Menurut Paulson hal itu sebagai permulaan dan masih akan menanjak lagi. Negara-negara lain yang menerapkan kebijakan moneter ultra longgar juga berpotensi mengalami kenaikan inflasi.

Saat itu terjadi, maka emas akan diuntungkan. Paulson juga mengatakan, pada tahun 1970an, harga emas meroket akibat inflasi yang mencapai 2 digit.

Berdasarkan data Refinitiv di akhir 1969 harga emas berada di kisaran US$ 35/troy ons. Kemudian sepanjang 1970 terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada 18 Januari 1980 di US$ 835/troy ons yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa selama 27 tahun.

Sepanjang tren kenaikan tersebut, harga emas dunia meroket nyaris 2.300%. Sementara itu dalam beberapa pekan terakhir, isu tapering sebelumnya membuat emas kesulitan untuk menguat.

Sehingga simposium Jackson Hole di AS pada hari Jumat pekan lalu pun menjadi perhatian pelaku pasar, sebab ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.

Powell memberikan petunjuk bahwa tapering akan dilakukan sebelum akhir tahun ini. Tetapi, emas bukannya merosot malah meroket. Karena, Powell menjelaskan, setelah tapering dilakukan, bukan berarti suku bunga akan dinaikkan.

“Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial,” kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.

Alhasil, meski tapering dilakukan di tahun ini, tetapi harga emas masih mampu menanjak, sebab suku bunga rendah 0,25% kemungkinan masih akan ditahan dalam waktu yang lama.

Selain QE, suku bunga rendah merupakan salah satu penopang kenaikan harga emas. The Fed sebelumnya memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023. []

Comments