Indonesia Jadi Pasar Ekonomi Digital Terpenting di ASEAN, Ini Kesempatan!

Mungkin antara bangga dan waspada ketika mendengar Indonesia merupakan negara dengan pasar ekonomi digital paling penting dan berpengaruh di ASEAN.

Kenapa bangga? Karena justru ini adalah kesempatan bagi kita untuk memanfaatkannya untuk meraih keuntungan yang cadas dan gemilang dengan berbisnis. Jadi tidak perlu jauh-jauh berbisnis ke luar negeri, cukup di dalam negeri saja.

Lalu kenapa waspada, karena mungkin saja akan dimanfaatkan oleh perusahaan asing sehingga pada akhirnya merekalah yang kemudian mendominasi pasar ekonomi digital Indonesia. Tentu nasionalis sejati tidak menginginkan itu terjadi.

Ungkapan “Indonesia merupakan pasar ekonomi digital paling penting dan berpengaruh di ASEAN” disampaikan oleh Co-Founder & Executive Chairman Triputra Agro Persada Group, Arif P Rachmat. Tentu ini memang benar.

Betapa tidak, ada tiga grup raksasa ekonomi digital Indonesia yang memiliki valuasi sebesar US$ 240 miliar atau ekuivalen seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Ini menjadi salah satu indikator terkait Indonesia yang memegang peranan paling penting di ASEAN soal ekonomi digital.

Nilai atau omset ekonomi digital di Indonesia untuk sekarang ini masih sekitar US$ 40 miliar. Dalam lima tahun ke depan, nilainya diperkirakan akan melonjak jadi US$ 130 miliar, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar di ASEAN.

Setidaknya, ada tiga ekosistem atau grup pelaku ekonomi digital yang disebutnya memiliki valuasi sekitar US$ 240 miliar tersebut. Pertama, platform e-commerce terbesar Shopee yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 140 miliar dan sudah listed di bursa Amerika Serikat. Shopee bahkan menjadi perusahaan e-commerce terbesar di ASEAN.

“Shopee di Indonesia menguasai 40 persen volume pasar. Itu membuktikan betapa pentingnya Indonesia,” kata Arif, seperti dilansir dari laman Warta Ekonomi.

Kedua, platform digital Grab juga berniat listing di AS dengan valuasi US$ 40 miliar. Grab yang berada dalam satu grup platform pembayaran OVO akan berpartisipasi dalam rights issue PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) yang memiliki dompet digital Dana. Emtek sendiri memiliki valuasi US$ 10 miliar.

“Jadi, kalau Emtek dengan valuasi US$ 10 miliar digabung Grab US$ 40 miliar, bernilai total US$ 50 miliar,” kata Arif.

Ketiga, sinergi Grup Triputra, Tokopedia, Gojek, dan Bank Jago. Triputra menekuni bisnis e-commerce berawal dari pendirian PT Anteraja. Menurut dia, ekonomi digital tidak terlepas dari tiga hal, yakni platform e-commerce, e-payment dan logistik.

Grup Triputra bermitra dengan Bank Jago yang sudah mendeklarasikan sebagai bank digital. Triputra sebagai pemegang saham, meskipun kecil. Triputra juga menggandeng platform e-commerce Tokopedia.

Seiring dengan itu, Gojek bermerger dengan Tokopedia menjadi GoTo. Arif Rachmat menyatakan, GoTo dengan valuasi US$ 18 miliar diyakini akan tumbuh ke level US$ 40 miliar. Jika GoTo bersinergi Bank Jago dengan valuasi US$ 10 miliar, nilainya keduanya bakal menembus US$ 50 miliar.

Arif menuturkan, tiga grup entitas tersebut memiliki valuasi sekitar US$ 240 miliar. “Jadi bayangkan ketiga ekosistem itu kalau dijumlah bernilai US$ 240 miliar atau hampir seperempat PDB Indonesia,” tutur Arif.

Arif memandang bahwa Indonesia menjadi kunci dalam pasar ekonomi digital Asean dan Asean Plus-plus. “Di luar AS dan Tiongkok, Asean Plus-plus adalah the next most exicting largest growing destination for industry, terutama ekonomi digital,” kata Arif.

Arif juga berpendapat bahwa Indonesia harus mampu memonetisasi ekonomi digital seperti AS dan Tiongkok dan kuncinya, daya beli harus kuat.

Untuk itu, PDB per kapita harus ditingkatkan. Jika saat ini baru sekitar US$ 4.000, minimal harus dinaikkan menjadi dua kali lipat.

“PDB per kapital Tiongkok sudah US$ 12.000 dan AS sebesar US$ 63ribu. Tapi kita tidak perlu bandingkan dengan AS, cukup benchmark- nya Tiongkok. Kalau PDB per kapita kita bisa dobel, profit e-commerce akan sangat besar,” tuturnya.

Untuk mengakselerasi PDB per kapita, kata Arif, salah satunya adalah harus banyak mencetak enterprenur, termasuk dalam bisnis ekonomi digital.

“Apa yang dilakukan Aldi Haryopratomo dengan membangun Mapan kemudian masuk ke GoPay dan Gibran Huzaifah di eFishery itu luar biasa. Mereka benar-benar leading the way,” tutur Arif.

Selain itu, dalam pandangan Arif, e-commerce jangan hanya bersifat konsumtif. “E-commerce ini harus mampu meningkatkan produktivitas terutama dari sisi supply chainnya. Harus membantu UMKM, petani, nelayan, dan sebagainya,” tuturnya.

Optimistis di lain sisi, Arif Rachmat menyatakan bahwa dia dan para koleganya yang memimpin grup usaha besar di Indonesia sama-sama optimistis tentang prospek perekonomian nasional ke depan.

Dia baru saja berbicara dengan petinggi di Grup BCA dan Grup Wing tentang ekonomi Indonesia, mereka menilai tanda kebangkitan semakin jelas. “Penjualan Wings Group naik banyak. Ada keluarga kami dealer Honda, 90% penjualannya sudah mencapai pra-Covid,” kata dia.

Arif Rachmat lantas membandingkan dengan negara demokrasi berpenduduk lain, yakni Amerika Serikat, Brasil, dan India. “Kita itu jauh sangat baik dari segi infeksi Covid, segi ekonominya, semua very well. Jadi apa yang pemerintah sudah lakukan itu menurut saya sudah sangat baik,” kata dia.

Bisnis Triputra sendiri tahun ini sudah mulai membaik. Beberapa lini bisnis telah melewati perolehan tahun 2019. Seperti misalnya AnterAja. Salah satu anak usaha, Triputra Agro Persada tahun ini IPO. []

Comments