5 Alasan Mengapa Memilih Investasi Reksadana

Berinvestasi di instrumen keuangan seperti reksadana memiliki banyak keuntungan. Namun tak jarang sebagian dari kita masih ada yang ragu untuk menanamkan uangnya di reksadana.

Padahal, jika ia mengetahui lebih dalam, ada banyak hal positif yang ditawarkan reksadana. Dalam artikel ini, kami akan paparkan mengenai 5 alasan mengapa Anda perlu berinvestasi reksadana, dengan tetap menyampaikan apa yang menjadi kekurangan reksadana itu sendiri.

Hal pertama bisa dimulai dengan pertanyaan, “Mengapa kita harus investasi di reksadana?”, “Mengapa tidak langsung beli saham atau surat utang sendiri saja?”. Toh, kita tidak perlu membayar fee kepada manajar investasi.

Berikut ini penjelasannya:

5 Alasan Mengapa Memilih Investasi Reksadana

1. Dikelola Orang Berpengalaman

Mungkin bagi kalian yang pemahamannya cukup baik di saham dan ada waktu untuk menganalisa, hal itu tidak masalah. Tetapi bagi kalian yang awam di industri pasar modal, tentu kalian butuh sosok yang mengerti soal industri tersebut.

Contoh gampangnya, kalian punya uang, kemudian ingin punya usaha ternak sapi, tetapi karena kalian tidak punya pengetahuan soal bagaimana caranya ternak sapi maka lebih baik kalian meminta peternak yang sudah berpengalaman untuk mengurus semua usaha ternak sapi Anda.

Karena kalau mengurus sendiri sedangkan Anda sendiri tidak punya kemampuan, bukannya untung malah bisa buntung. Modal bisa habis karena tidak mengerti soal dunia persapian. Ini baru di dunia persapian.

2. Potensi Kecil Mengalami Kerugian

Industri pasar modal sendiri itu jauh lebih kompleks dibanding industri peternakan sapi tadi. Banyak contoh investor yang bangkrut gara-gara coba bermain di pasar modal. Alasan paling utama karena minimnya pengetahuan yang mereka miliki soal dunia persahaman.

Makanya, muncullah produk investasi yang bernama reksadana sebagai solusi bagi kalian yang ingin investasi di pasar modal tapi awam soal industrinya. Dan para pengelola industri reksadana ini (manajer investasi), ibaratnya sama seperti peternak sapi yang sudah berpengalaman tadi.

3. Lebih Berpotensi Hasilkan Keuntungan

Tentu saja, karena dikelola oleh orang berpengalaman, maka kesempatan untuk bisa mendatangkan keuntungan jauh lebih besar karena punya pengalaman dan pengetahuan yang jauh lebih banyak soal dunia pasar modal.

4. Minim Budget, Hanya Rp 100 ribu

Kalian bisa berinvestasi di reksadana dengan budget Rp 100 ribu (minimal), yang basisnya surat utang tadi.

Mengapa bisa semurah itu, karena reksadana pada dasarnya uang patungan yang tujuannya buat diinvestasikan. Maka wajar, dana yang terkumpul pada setiap produk reksadana itu bisa mencapai miliaran bahkan triliunan rupiah.

Kemudian timbul pertanyaan lagi, mengapa harus berinvestasi di reksadana kalau memang bisa investasi sendiri di surat utang? Investasi sendiri pada surat utang memang bisa menghasilkan keuntungan lebih besar karena tidak perlu membayar fee di reksadana.

Apalagi, karena investasi tersebut dilakukan diri sendiri, maka tentu kita akan sangat berhati-hati agar terhindar dari kerugian. Jika investasi di reksadana, tentu bisa menimbulkan kerugian pada investor. Mungkin dari kalian ada yang berpikir begini.

Namun, harus dicatat, investasi sendiri di surat utang itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Minimal dananya miliaran rupiah, kecuali kalau kalian belinya di surat utang ritel yang diterbitkan Pemerintah, mungkin masih bisa beli karena minimal pembeliannya saat ini hanya Rp 1 juta.

Jadi, pertanyaan ‘Mengapa harus berinvestasi di reksadana kalau memang bisa investasi sendiri di surat utang?’ itu bisa jadi benar kalau Anda punya dana yang cukup.

5. Efisiensi Waktu

Bagi Anda yang super sibuk, kemungkinan besar tidak memiliki waktu yang cukup untuk berinvestasi sendiri di pasar modal atau surat utang. Karena itu, pilihan yang tepat bagi Anda adalah berinvestasi di reksadana. Investasi reksadana tidak menuntut Anda untuk meluangkan banyak waktu.

Hal itu lantaran uang yang dikucurkan Anda dikelola oleh seorang manajer investasi. Anda cukup mengecek sesekali saja setidaknya sekali dalam sepekan terkait perkembangan investasi reksadana yang telah digelontorkan.

Risiko Reksadana

1. Dana Berkurang

Meski reksadana adalah investasi yang tergolong aman, tetap saja ada risiko kerugiannya. Namanya investasi pasti punya risiko. Tak terkecuali investasi di reksadana. Misalnya kalian beli reksadana saham, risiko penurunan harga itu pasti ada.

Karena siapa yang bisa menebak dengan jitu pergerakan harga saham. Investor sekelas Warren Buffet pun tidak bisa menebak pergerakan harga saham. Karena banyak faktor yang mempengaruhi pegerakan harga saham. Sampai saat ini belum ditemukan formula yang bisa menebak dengan persis pergerakan harga saham di bursa efek Indonesia.

2. Utang Tak Dibayar

Kalau risiko di reksadana yang basisnya surat utang, maka harus diketahui bahwa yang namanya utang tentu ada risiko tidak dibayar. Maka, biasanya surat utang yang dikeluarkan perusahaan itu bunganya jauh lebih besar dibanding Pemerintah karena perusahaan punya kans yang lebih besar untuk bangkrut dibanding Pemerintah.

3. Manajer Investasi Nakal

Ada kemungkinan adanya manajer investasi tidak bertanggung jawab. Misalnya melakukan penggelapan dana yang dikelola.

Karena itu, kalian yang ingin investasi di reksadana perlu mengetahui track record atau rekam jejak manajer investasi yang akan mengelola dana anda. Jangan sampai anda menitipkan uang anda, pada pihak pihak yang punya track record buruk.

Pengertian Reksadana

Reksadana adalah salah satu alternatif investasi bagi Anda yang tidak punya banyak waktu dan enggan mengambil risiko. Bagi kalian yang sedang mencari alternatif investasi dan ada saudara atau teman yang menyarankan untuk membeli reksadana, alangkah lebih baik kalian mengenali lebih detail soal industri ini.

Tujuannya agar kalian bisa memahami industri reksadana. Dan kali ini tim Vinansia akan coba berbagi informasi soal seluk-beluk industri reksadana ini.

Reksadana dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama ‘mutual fund’ yang artinya kalau dilihat dari segi bahasa berarti dana bersama. Sedangkan di Indonesia dikenal sebagai reksadana.

1. Dana dari investor Diinvestasikan oleh Manajer Investasi

Entah siapa yang mulai mempopulerkan nama mutual fund sebagai reksadana di Indonesia. Tetapi secara umum, reksadana diartikan sebagai sekumpulan dana dari investor  yang diinvestasikan di pasar keuangan oleh seseorang yang disebut manajer investasi.

Misalnya kalian ingin investasi di pasar modal tapi kalian kurang mengerti atau tidak punya waktu. Maka kalian bisa mempercayakan dana anda untuk dikelola oleh orang yang sangat memahami dan berpengalaman di industri pasar modal  yang disebut sebagai manajer investasi.

2. Mirip Private Equity dan Modal Ventura

Berarti, itu mirip seperti private equity dan modal ventura yang telah dibahas oleh kami. Secara prinsip memang sama, yaitu sama sama mengelola dana dari investor atau pemodal.

Tetapi perbedaanya, dana reksadana umumnya diinvestasikan ke pasar saham, surat utang atau obligasi, dan ada juga yang di deposito.

Sedangkan untuk private equity, dananya lebih banyak diinvestasikan ke perusahaan yang statusnya belum terbuka. Belum terbuka di sini artinya perusahaan tersebut belum mencatatkan sahamnya di bursa efek.

Jenis Jenis Reksadana

1. Reksadana Pasar Uang

Reksadana ini dinamakan pasar uang karena dana yang dikelola oleh manajer investasi itu diinvestasikan di produk investasi yang punya risiko paling rendah. Seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, dan surat utang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

2. Reksadana Pendapatan Tetap

Reksadana ini disebut sebagai pendapatan tetap karena dana yang kelola oleh manajer investasi itu mayoritas diinvestasikan di surat utang. Surat utang ini bisa di surat utang negara atau surat utang perusahaan. Lalu timbul pertanyaan, kalau reksadana pasar uang juga dananya diinvestasikan di surat utang.

Terus apa bedanya? Yang membedakan antara reksadana pasa uang dan pendapatan tetap itu di waktu jatuh temponya.

Untuk reksadana pendapatan tetap dana yang diinvestasikan ke surat utang itu masa jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Kalau pasar uang seperti yang sudah dijelaskan di atas itu masa jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

3. Reksadana Saham

Kalau dilihat dari namanya tentu kalian sudah paham kan ya. Iya benar. Kalau reksadana saham itu berarti reksadana yang dananya dialokasikan ke saham.  Reksadana ini mengandung risiko paling tinggi di banding dua reksadana yang telah disebutkan di atas.

Karena seperti kalian tahu, harga saham itu sangat fluktuatif. Meski demikian, reksadana ini juga bisa mendatangkan kuntungan yang paling besar. Sesuai dengan kaidah high risk, high return. Kalau kondisi pasar saham lagi bagus, reksadana ini akan mendatangkan keuntungan sangat besar. Tapi kalau kondisi pasar sedang,

4. Reksadana Campuran

Reksadana ini adalah kombinasi antara reksadana saham dan pendapatan tetap. Di mana dananya diinvestasikan di saham dan surat utang. Reksadana ini cocok bagi kalian yang merasa kurang puas dengan keuntungan di reksadana pendapatan tetap tapi takut dengan risiko yang ada di saham.

5. Reksadana Terproteksi

Reksa dana jenis ini memiliki kemiripan dengan reksadana pendapatan tetap di mana dana yang dikelola itu bentuknya surat utang.  Meski sama-sama berisi surat utang, ada perbedaan antara reksa dana pendapatan tetap dengan reksa dana terproteksi.

Perbedaanya terletak pada jangka waktu surat utang yang dipegang. Dalam reksadana terproteksi, biasanya manajer investasi membeli surat utang kemudian menahannya hingga jatuh tempo.

Sedangkan di reksadana pendapatan tetap, manajer investasi tidak perlu memegang surat utang sampai jatuh tempo.

Misalnya, hari ini Manajer investasi membeli surat utang kemudian sebulan atau tiga bulan kemudian dijual kembali ke pihak lain, karena merasa sudah ada keuntungan yang diperoleh.

6. Reksadana Indeks

Reksadana ini basisnya mirip dengan reksadana saham. Di mana manajer investasi menginvestasikan dananya itu dalam bentuk saham. Perbedaanya, untuk reksadana indeks, manajer investasi hanya memilih saham saham yang berada di indeks tertentu.

Misalnya, indeks LQ45, berarti manajer investasi hanya akan menaruh dananya di saham saham yang terdaftar di 45 saham yang paling likuid di bursa efek Indonesia.

Jadi misalnya, Indeks LQ45 kinerjanya turun 2 persen dalam 1 bulan. Berarti kinerja reksadana indeks juga tidak akan jauh berbeda dengan kondisi indeks LQ45 yang turun 2%.

7. Exchange Trade Fund (ETF)

ETF ini pada dasarnya adalah reksadana yang yang punya aset dasar (underlying) di saham atau obligasi. Tapi yang unik dari ETF ini adalah unit penyertaanya itu bisa diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

Jadi, ETF ini merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

8. Reksadana Global Fund

Sesuai namanya, reksadana ini adalah tipe reksadana yang mayoritas dananya diinvestasikan di pasar modal luar negeri. Misalnya, manajer investasi membeli saham di bursa Amerika, Jepang, China, dana beberapa negara yang lain.

9. Reksadana Berbasis Sukuk

Reksa Dana berbasis sukuk adalah jenis reksadana yang dananya diinvestasikan di surat utang syariah (sukuk). Jumlah Dana yang Dikelola di Reksadana.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah dana yang dikelola di Reksadana per Februari 2021 itu Rp 572,21 triliun.

Dengan perincian sebagai berikut:

Reksadana saham: Rp 126,95 triliun
Reksadana Pendapatan Tetap: Rp 140, 34 triliun
Reksadana Campuran: Rp 26,41 triliun
Reksadana Pasar Uang: Rp 93, 82 triliun
Reksadana Terproteksi: Rp 143,01 triliun
Reksadana ETF: Rp 15,32 triliun
Reksadana Global: Rp 13,53 triliun
Reksadana Indeks: Rp 10,19 triliun
Reksadana Berbasis Sukuk: Rp 2,09 triliun

[]

Comments