Jangan Gegabah! Ini Kelebihan dan Kekurangan Reksadana yang Wajib Anda Tahu

VINANSIA.COM — Reksadana kini menjadi instrumen investasi primadona bagi banyak kalangan terutama generasi milenial. Faktor mengapa reksadana menjadi instrumen favorit saat ini tidak lepas dari kemudahan dan keuntungannya.

Bila menanamkan investasi pada reksadana, maka Anda tidak perlu berpikir bagaimana menghasilkan keuntungan. Sebab dalam reksdana sudah manajer investasi yang mengelola dan bekerja menciptakan marjin keuntungan untuk Anda sebagai investor.

Namun, sebelum lebih jauh lagi, Anda perlu mengenal apa itu reksadana dan apa pengertiannya. Berikut ini kami paparkan pengertian reksadana

Reksadana adalah produk keuangan di mana kita sebagai individu dan ribuan orang lain (para investor) mengumpulkan dana kita menjadi satu, lalu diserahkan ke pihak lain. Dalam hal ini adalah perusahaan yang menjadi manajer investasi untuk diinvestasikan ke instrumen keuangan lain misalnya ke pasar saham, obligasi dan pasar uang.

Jadi, reksadana pada prinsipnya adalah kumpulan dana yang kemudian dikelola oleh pihak lain, ke berbagai jenis instrumen keuangan.

BACA JUGA: Pengertian, jenis & risiko reksadana yang wajib diketahui

Jenis-Jenis Reksadana

Reksadana itu memiliki beragam jenis. Jenis reksadana yang kita pilih, menentukan ke mana uang kita akan diinvestasikan. Di Indonesia sendiri ada empat jenis reksadana.

1. Reksadana Pasar Uang

Pertama adalah reksadana pasar uang. Kalau kita memilih reksadana jenis ini maka uang kita akan diinvestasikan ke deposito dan sertifikat bank Indoensia. Reksadana ini dinamakan pasar uang karena dana yang dikelola oleh manajer investasi itu diinvestasikan di produk investasi yang punya risiko paling rendah.

Misalnya seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu deposito, Sertifikat Bank Indonesia, dan surat utang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

2. Reksadana Pendapatan Tetap

Kedua, adalah reksadana pendapatan tetap. Pada jenis ini, sebagian besar uang kita akan dimasukkan ke obligasi atau surat utang. Reksadana ini disebut sebagai pendapatan tetap karena dana yang kelola oleh manajer investasi itu mayoritas diinvestasikan di surat utang.

Surat utang ini bisa di surat utang negara atau surat utang perusahaan. Lalu timbul pertanyaan, kalau reksadana pasar uang juga dananya diinvestasikan di surat utang.

Terus apa bedanya? Yang membedakan antara reksadana pasar uang dan pendapatan tetap itu di waktu jatuh temponya.

Untuk reksadana pendapatan tetap dana yang diinvestasikan ke surat utang itu masa jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Kalau pasar uang seperti yang sudah dijelaskan di atas itu masa jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

3. Reksadana Saham

Ketiga, adalah reksadana saham, di mana uang kita 80% ke atas maka akan dibelikan saham. Reksadana saham berarti reksadana yang dananya dialokasikan ke saham. Reksadana ini mengandung risiko paling tinggi dibandingkan dua reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang.

Karena seperti kalian tahu, harga saham itu sangat fluktuatif. Meski demikian, reksadana ini juga bisa mendatangkan kuntungan yang paling besar. Sesuai dengan kaidah high risk, high return. Kalau kondisi pasar saham lagi bagus, reksadana ini akan mendatangkan keuntungan sangat besar.

4. Reksadana Campuran

Keempat, adalah reksadana campuran. Di reksadana jenis ini, uang kita bisa masuk ke obligasi, deposito, ataupun saham. Reksadana ini adalah kombinasi antara reksadana saham dan pendapatan tetap. Di mana dananya diinvestasikan di saham dan surat utang.

Reksadana ini cocok bagi kalian yang merasa kurang puas dengan keuntungan di reksadana pendapatan tetap tapi takut dengan risiko yang ada di saham.

Keuntungan Berinvestasi Reksadana

1. Dikelola Orang Profesional

Keuntungan pertama adalah adanya manajer investasi. Kita sebagai orang awam mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang apa itu obligasi, saham atau deposito.

Dan mungkin kita juga tidak mengetahui bagaimana berinvestasi di saham, obligasi ataupun deposito.

Atau, kita tidak memiliki waktu untuk mencari pengetahuan soal saham, obligasi dan deposito. Atau juga kita tidak punya waktu untuk berinvestasi di tiga macam instrumen keuangan tersebut.

Maka di sinilah keuntungan jika berinvestasi di reksadana. Sebab, semuanya akan dikelola oleh manajer investasi.

Manajer investasi ini merupakan seorang profesional keuangan yang ahli dan berpengalaman dalam berinvestasi. Jadi kita tinggal titipkan uang kita ke mereka dan mereka akan memikirkan bagaimana caranya diversifikasi dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2. Murah, Minimal Rp 100 ribu

Keuntungan berikutnya adalah reksadana bisa dibeli eceran. Dengan uang Rp 100 ribu kita sudah bisa beli reksadana.

Coba kalau misalnya kita beli sendiri instrumen keuangan, deposito misalnya. Untuk bisa mendapatkan bunga deposito tinggi yang setara dengan reksadana pasar uang itu biasanya kita harus menaruh uang minimal Rp 1 miliar.

Lalu untuk obligasi, kalau kita mau beli sendiri, umumnya minimal kita harus beli dalam kelipatan Rp 5 juta atau Rp 50 juta untuk bisa masuk ke obligasi.

Untuk saham, kita minimal harus masuk 1 lot atau 100 lembar dan harganya sangat tergantung. Bisa saja satu lembarnya itu Rp 50 ribu dan umumnya broker atau sekuritas pun mengharuskan kita untuk menempatkan minimal dana Rp 5 juta untuk bisa melakukan jual-beli saham.

Meskipun, harus saya akui, sekarang ini sudah ada sekuritas saham yang minimal penempatan uangnya terbilang kecil di bawah Rp 1 juta.

Tetapi tetap saja, sulit berinvestasi saham jika Anda tidak memiliki ilmu dan waktu. Karena dua inilah yang terpenting dalam saham.

Jadi keuntungan kedua dalam berinvestasi reksadana ini adalah, “Orang-orang dengan budget minim sehingga kesulitan untuk memulai investasi sendiri, bisa memiliki berinvestasi dengan dana kecil, minimal Rp 100 ribu.”

3. Likuiditas Tinggi

Ketiga, reksadana itu bisa dijual kapan saja atau likuid. Coba bandingkan dengan deposito di mana kita harus menunggu jatuh tempo dulu untuk bisa dicairkan.

Kalau reksadana, kita bisa cairkan kapan saja. Jadi Anda tak perlu bila lagi butuh uang dan ingin segera mencairkan dana.

Kekurangan Reksadana

1. Bayar Fee Manajer Investasi

Pertama ada fee. Manajer investasi tentu harus dibayar melalui fee sesuai persentase yang ditentukan. Besaran fee untuk mereka itu bervariasi, biasanya ada dua kali fee. Pertama ketika transaksi beli reksadana, yang umumnya fee tersebut berkisar 1% sampai 3%.

Fee kedua, biasanya nanti ketika kita jual, biasanya sekitar 0,5% sampai 1%. Jadi sebelum membeli reksadana, cek dulu dan hitung berapa fee untuk manajer investasi.

2. Bila Manajer Investasi Berkinerja Buruk

Kedua, kinerja manajer investasi bisa menjadi risiko kerugian buat investor. Karena tidak sedikit manajer investasi yang kita pilih tetapi kemudian tidak menghasilkan kinerja yang diinginkan.

Misalnya kinerjanya kalah dibanding produk lain yang dikelola manajer investasi berbeda. Atau bahkan bisa saja reksadana saham kita kinerjanya lebih buruk daripada indeks saham. Sedih, sudah bayar fee 2%, tapi kalah dibanding indeks saham.

3. NAB yang Belum Settle

Ketiga, risiko lainnya adalah NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang belum settle pada saat transaksi. Untuk diketahui, NAB adalah harga reksadana yang kita lihat di daftar reksadana atau di menu reksadana yang sudah ada di bank, misalnya. Ini namanya adalah NAB/UP, atau harga per unit reksadana.

Perhitungan NAB yaitu dengan menjumlahkan total dana yang dikelola, lalu dibagi dengan total unit. NAB baru akan dihitung dan baru akan settle di akhir hari atau sore hari.

Artinya, catat ini baik-baik, ketika kita transaksi membeli reksadana di siang hari, maka kita pun tidak akan mengetahui berapa NAB-nya ketika kita memutuskan beli atau jual.

Singkatnya adalah, kita tidak mengetahui besaran NAB di saat kita bertransaksi.

Parahnya lagi kalau kita beli di bank karena kalau kita beli reksadana di bank, kita harus transaksi sebelum jam 12 siang untuk dapat harga NAB di hari itu.

Jadi kalau kita beli reksdana di jam 3 sore, maka kita akan dapat NAB di hari besoknya. Tentu dalam kondisi ini kita lebih tidak tahu lagi di harga berapa NAB-nya.

Apalagi kalau kita beli reksadana saham. Bisa saja ada perubahan yang tidak sesuai dengan prediksi kita. Misalnya beli di harga murah di pagi hari, lalu bisa saja di siang hari harganya naik. []

Comments