Semua berjalan begitu cepat. Tau-tau sudah sekitar empat tahun berada di sini. Masih menjadi manusia biasa yang belum berbuat apa-apa kepada publik kepada rakyat kepada masyarakat khususnya mereka yang suka baca.
Seperti tidak mendapat posisi yang baik. Tidak sesuai dengan apa yang selama ini dibayangkan. Sulit mengeksplorasi karena tanah yang sedang kuinjak sekarang. Di ibu kota, ruang untuk berpikir liar makin dipersempit. Tampak seperti dipersulit.
Terkekang dalam ruang ini. Ingin ke sana, ingin ke sini. Namun, "Hei ini mana? Kenapa enggak ada?" Bukan tak mau, hanya saja, tak tertarik pada yang kau mau.
"Hei, kayaknya ini anak sudah kelamaan di daerah. Harus dipindahkan. Sedikit yang dibikin dia." Begini mungkin percakapan saat itu.
"Ya, aku juga berpikir demikian. Tarik sajalah."
Sekali-sekali, kita harus memberontak. Ingat, kalau tak ada pemberontakan, negeri ini takkan merdeka. Penyesalan selalu datang terakhir. Daripada sesal, lebih baik lakukan sekarang. Lebih baik diungkap daripada sesal. Lebih baik banyak musuh daripada pikiran terpenjara.
Terkekang dalam ruang ini. Ingin ke sana, ingin ke sini. Namun, "Hei ini mana? Kenapa enggak ada?" Bukan tak mau, hanya saja, tak tertarik pada yang kau mau.
"Hei, kayaknya ini anak sudah kelamaan di daerah. Harus dipindahkan. Sedikit yang dibikin dia." Begini mungkin percakapan saat itu.
"Ya, aku juga berpikir demikian. Tarik sajalah."
Sekali-sekali, kita harus memberontak. Ingat, kalau tak ada pemberontakan, negeri ini takkan merdeka. Penyesalan selalu datang terakhir. Daripada sesal, lebih baik lakukan sekarang. Lebih baik diungkap daripada sesal. Lebih baik banyak musuh daripada pikiran terpenjara.
PSRB, Kamis (4/10/2018)
Mari mulai mengisi blog ini lagi...
Comments