Lingkaran Setan


 
Andi, sudah lama ia menjadi tangan kanan pemimpin Negeri Mini. Setahun lagi, negeri itu akan mengadakan pemilihan umum. Suasana negeri pun kian memanas. Sejumlah orang yang selama ini tidak terlihat ke mana saja, mulai menampakan dirinya.

Ya, mereka ingin maju menjadi pemimpin negeri Mini itu. Namun, tentu banyak lika-likunya untuk menjadi orang nomor satu di Mini. Kapabilitas pemimpin Negeri Mini masih kuat. Boleh dibilang, dia akan memenangkan lagi pertarungan pada pemilihan umum.

Para penyebar kabar pun dibuat goyah. Saling bersikap pragmatis. Siapa yang bayar, berita tentang dirinya akan muncul. Andi, sosok orang luar pemerintahan, sangat dekat dengan lingkungan orang-orang pemerintahan. Mudah saja baginya untuk menyuguhkan berita yang menggiring agar para penyebar kabar memuatnya di surat kabar.


Begitu bodohnya mereka sampai bisa dikerjai oleh Andi. Ketawa saja. Bodoh. Tak mikir. Mudah digiring.

Andi, seorang yang menggunakan cara berpikir yang pragmatis, sungguh. Profesinya juga penyebar kabar. Keadaan yang memungkinkannya untuk bertemu dengan orang banyak, sehingga ia pada akhirnya bisa dekat dengan pemimpin Negeri Mini.

Dulu, semasa muda, Andi seorang yang tahan terhadap godaan. Yah, mungkin, orang-orang bilang, ada masa di mana orang melewati fase idealis. Masa-masa ini, bagi dia, sudah lewat. Sekarang, selama ada kesempatan untuk mengeruk pundi, kejarlah, bagi Andi. Jika tidak begitu, anak-istrinya mau makan apa?

Dilema, antara kebutuhan dan juga kekotoran. Faktor kebutuhan, bahkan sangat butuh, membuat dia memutuskan untuk masuk ke dalam lingkaran setan. Sulit keluar dari lingkaran ini jika sudah masuk. Makin lama, Andi makin yakin dengan perbuatannya itu. Mengejar berbagai proyek tanpa keadilan, dengan mengandalkan nepotisme. Pemimpin Negeri Mini dibantu Andi soal perpolitikan, Andi dapat jatah proyek. Begitulah.

Sulit memang. Sekeras apapun, kalau sudah punya anak-bini, maka berpikir pragmatis akan menjadi pilihan yang paling tepat bagi sebagian orang.

Para penyebar kabar juga berpikir begitu, pragmatis. Tak perlu susah mencari berita yang sulit, dan pada akhirnya, ketika ada kelompok yang memberikan uang untuk satu kabar, berita berbayar patut dibikin. Yah begitulah. Kapan lagi rezeki seperti itu ada.

Lubang-lubang kotor ditutup Andi agar kepemimpinan Negeri Mini saat ini terus berlangsung hingga lima tahun berikutnya. Ia memegang peranan penting dalam dunia pemerintahan di Negeri itu. Tindakannya, menurut dia, lebih baik ketimbang harus mengemis-ngemis recehan seperti para penyebar kabar yang tak punya malu dan tak berpikir.

Masyarakat menjadi korban dari cara-cara yang tak adil dalam pemerintahan di Negeri Mini. Banyak ketimpangan. Kemiskinan masih ada. Bahkan di dekat kantor pemerintahan Negeri Mini ini. Selain korban pemerintahan, juga korban pemberitaan karena selalu dijejali berita-berita manipulatif.

Terlepas dari itu semua, pada hakikatnya, suatu saat kebeneran akan terkuak. Jika ada kesempatan, biarlah rahasia tetap menjadi rahasia.

Srg, 19/5/16

Comments