Tokoh-tokoh Aliran Muktazilah


Tokoh aliran Muktazilah banyak jumlahnya dan masing-masing memiliki pemikiran yang berbeda-beda dengan tokoh sebelumnya atau tokoh pada masanya. Dari segi geografis aliran Muktazilah terbagi menjadi dua aliran. Pertama, Muktazilah Basrah yang merupakan pendiri aliran tersebut, dan kedua ialah Muktazilah Baghdad. Perbedaan antara keduanya lebih dikarenakan letak geografis dan kultur.

Tokoh-tokoh aliran Muktazilah Basrah ialah Wasil bin ‘Ata, Al-‘Allaf, An-Nazzham, dan Al-Jubai. Tokoh-tokoh aliran bagdad antara lain ialah Bisyr bin Al-Muktamir, Al-Khayyat, lalu masa berikutnya lagi ialah Al-Qadhi Abdul Jabar dan Az-Zamakhsyari. Berikut uraiannya berdasarkan urutan geografis dan kronologisnya.

1. Wasil bin ‘Ata (80-131 H/ 699-748 M)
Ia bernama lengkap Wasil bin ‘Ata Al-Ghazal. Ia lebih dikenal sebagai pendiri aliran Muktazilah dan orang yang meletakkan lima prinsip ajaran Muktazilah.

2. Al-‘Allaf (135-226 H/ 752-840 M)
Abdul Huzail Muhammad bin Al-Huzail Al-‘Allaf, itulah nama lengkapnya. Disebut Al-Allaf karena rumahnya terletak di kampung penjual makanan binatang (‘alaf- makanan binatang) . Ia berguru kepada Usman At-Takwil, murid Wasil. Ia menjadi terkenal saat masa Al-Makmun, karena khalifah ini pernah menjadi muridnya dalam perdebatan mengenai soal agama dan aliran-aliran pada masanya.

Hidupnya selalu diwarnai dengan perdebatan dengan orang-orang zindiq (pura-pura Islam), skeptik, Majusi, dan Zoroaster. Menurut riwayat, ada sekitar 3.000 orang yang masuk Islam karenanya. Ia banyak membaca buku-buku filsafat dan banyak menghafal syair-syair Arab serta memiliki hubungan dengan para filosof pada masanya.

3. An-Nazzham
Tokoh Muktazilah yang bernama lengkap Ibrahim bin Sayyar bin Hani An-Nazzham ini selain terkemuka, ia juga pandai bicara, banyak mendalami filsafat dan memiliki banyak karya. Pada masa kecilnya ia banyak bergaul dengan orang-orang nonmuslim. Saat dewasa, hubungannya dengan para filosof pun tak terelakkan dan tidak jarang ia meminta pendapat mereka.

Bermula dengan berguru kepada Abul Huzail Al-‘Allaf, ia mulai membuat aliran sendiri yang terkenal dengan namanya sendiri. Pada usia 36 tahun ia meninggal dunia. Walau begitu, pemikirannya yang kebanyakan berbeda dengan orang-orang muktazilah itu sendiri banyak diserap oleh orang-orang Eropa.

Di antara pemikirannya yang telah menggaung di eropa, yakni mengenai metode keraguan dan empirika (percobaan-percobaan) yang menjadi dasar kebangunan baru (renaissance). Perkataanya yang terkenal, "Orang yang ragu-ragu lebih dekat kepadamu daripada orang yang engkar (sukar) enggan (Al-Jahad)."

Al-Jahiz sebagai penerus An-Nazzham menganggap bahwa seandainya yang terjadi hanya mengenal berpikir, lalu teguh pendiriannya, maka hal itu sudah usai. Orang awam kebanyakan kurang memiliki skeptisisme bila dibanding dengan orang pandai, karena orang awam tidak pernah meragukan dirinya.

Karena An-Nazzham sangat bebas berpikir, ia berani menantang ahli hadits dan tidak banyak percaya kepada kesahihan suatu hadits. Tapi ia sangat menjunjungtinggi Alquran dan sedikit percaya terhadap hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para mufassir.

4. Al-Jubai
Murid As-Syaham yang bernama lengkap Abu Ali Muhammad bin Ali Al-Jubai ini mencerminkan akhir masa kejayaan aliran muktazilah. Sebutan Al-Jubai diambil dari nama suatu tempat yaitu Jubba yang berada di Propinsi Chuzestan (Iran), tempat kelahirannya. Stuasi politik apda zamannya tidak stabil, sehongga banyak bemunculan gerakan-gerakan separatis dibanyak daerah.

Selan itu juga dinasti-dinasti yang lahir di mana-mana sehingga kekuasaan pemerintah pusat jauh menurun dan kewibawaannya berkurang. Walau begitu, dinasti-dinasti itu tetap berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan saat itu, dan para ilmuwan pun tidak banyaj terpengaruh dengan situasi dan kondisi politik.


Daftar Pustaka

Muhammad Abu Zahrah, Imam. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos Publishing House, 1996)

Asmuni, Yusran. Ilmu Tauhid (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994)

Hanafi, A.  Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Alhusna Zikra, 1995)

Nasution, Harun. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995)

Comments