Mini Airgun sebagai Sumber Gelombang Seismik


Dalam tahapan eksplorasi, metode seismik tentunya sangat diperlukan untuk mengetahui struktur bawah permukaan. Pencitraan struktur batuan bawah permukaan sarat akan komponen-komponen tersendiri demi mendapatkan informasi tentang lapisan prospektif.

Tahapan yang mendasar agar bisa mendeteksi potensi migas di suatu wilayah, membutuhkan pencitraan struktur batuan bawah permukaan. Hal ini perlu dilakukan, yakni dengan cara membangkitkan dan mengirimkan gelombang seismik ke lapisan-lapisan bawah permukaan tanah.

Pantulan gelombang seismik tersebut kemudian akan digunakan untuk merekonstruksi struktur citra, melalui adanya irisan vertikal data seismik. Pantulan gelombang pun mesti direkam di lapangan secara langsung.

Sebuah prototipe instrumen hasil rekayasa untuk keperluan itu kini telah selesai diciptakan. Yaitu, portable atau mini airgun sebagai sumber gelombang, springless geophone sebagai sensor dan recorder khusus yang mampu menghemat kabel sinyal. Ketiganya bisa dijalankan secara bersamaan ataupun sendiri. Namun, untuk springless geophone dan recorder memang butuh penyempurnaan lagi.

Mini Airgun merupakan alat yang lebih sederhana, portabel, hemat biaya sampai 50 persen, ramah lingkungan, dan tidak eksplosif sehingga bisa digunakan di kawasan yang padat penduduk atau daerah yang banyak rawa-rawanya.

Prototipe tersebut diciptakan oleh Prof. Dr. Suprajitno Munadi, Humbang Purba M.Si, Yudi Kuntoro S.Si, dan Hari Yanto. Mereka dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sebagai lembaga riset dan penelitian dari pemerintah.

Tiga ciptaan tersebut sebagai kegiatan Rekayasa Instrumentasi Geofisika yang memberikan perhatian kepada rancang bangun alat pencitraan struktur bawah permukaan, dengan memanfaatkan High Resolution Mini Seismic Data Acquisition System (HR MS DAS).

HR MS DAS merupakan sistem instrumentasi elektronika yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data seismik darat tapi dalam skala terbatas. Sistem ini lebih mudah dibawa-bawa, karena bentuknya yang mini, dan terdiri dari perangkat-perangkat yang relatif ringan dan praktis serta tidak membutuhkan tenaga manusia dalam pengoperasiannya.

Pada metode seismik konvensional, tenaga manusia masih sangat diperlukan. Keunggulan sistem HR MS DAS ini tidak memerlukan kabel geophones. Selain itu, sistem ini juga memungkinkan untuk tidak menggunakan dinamit yang biasanya dijadikan sebagai sumber getaran dalam motode konvensional. Memang, dengan sistem tersebut, keamanan dan perizinan akan mendapatkan kemudahan.

Pengoperasian Mini Airgun, yakni diawali dengan instalasi alat dan penggalian lubang hingga kedalaman 1 meter. Kemudian, barulah dilakukan tumping dan penahan pipa suplai sebagai penahan letupan angin.

Untuk menghasilkan rekaman yang berkualitas, diperlukan sensitifitas penerima, atau geophone. Ini perlu dilakukan untuk mendapat frekuensi responnya. Setelah dimulainya akuisisi lapangan, diperoleh rekaman data seismik dalam bentuk gather. Data seismik lapangan bisa didapatkan hingga kedalaman 4 detik.

Dari sisi penggunaan, Mini Airgun dapat digunakan secara tersendiri tanpa sistem perekamnya. Alat tersebut bisa untuk eksplorasi lapisan-lapisan yang dangkal, seperti reservoir gas dangkal, tapi dengan menggunakan sistem perekam yang dijual di pasaran.

Mini Airgun mampu mengenai lapisan pemantul pada kedalaman tiga detik atau sekitar 3500 meter di bawah permukaan tanah, yakni ketika tekanan air gun sebesar 1000 psi. Jika dilihat dari data seismik yang bisa dihasilkan, Mini Airgun bisa menghasilkan ribuan kilometer rekaman data seismik.

Hal itu sangat mungkin terjadi, terlebih, para profesional dengan menggunakan data seismik tersebut, maka akan mampu mencitrakan posisi dan geometeri dari reservoir migas yang ada di bawah permukaan tanah. Untuk diketahui, karena bentuknya yang mini, Airgun ini dibatasi dengan 24 geophone. Akibatnya, rentang pengukuran maksimum sekali tembak hanya selebar 250 meter.

Pada September 2013 lalu, Mini Airgun termasuk ke dalam 24 produk yang dikembangkan oleh Badang Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, Lemigas. Bahkan, Mini Airgun dan Springless Geophone telah mendapatkan patennya. Karena memang Rekayasa HR MS DAS ini sudah dilakukan dan diujicoba di laboratorium ataupun di lapangan secara langsung. Nyatanya, hasilnya cukup menjanjikan.

Kendati begitu, tantangan yang tengah dihadapi oleh industri migas Indonesia yakni pemanfaatan produk dalam negeri. Karena, produk-produk tersebut masih diutamakan untuk comparative advantage dan belum pada tingkat competitive advantage. Upaya mendorong penggunaan produk dalam negeri yang masih lemah sehingga mengakibatkan rendahnya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Comments