by Umar Mukhtar
Banyak pihak yang berharap, bahan bakar yang saat ini masih mengandalkan energi fosil, dapat diganti dengan mengandalkan energi hijau, energi yang ramah lingkungan.
Sebagai tumbuhan yang bisa menghasilkan energi, bunga misalnya, dapat menjadi salah satu dari sekian solusi untuk bisa menyelesaikan masalah cadangan energi di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Gerangan apakah bunga yang “ajaib” itu?
Tanaman hias hanya salah satu dari beberapa manfaatnya. Bentuknya yang unik, dengan kepala bunganya yang besar, lalu warna kuningnya yang tampak cerah, tentu akan mempercantik panorama alam di lingkungan Anda. Di balik keindahannya, bunga ini ternyata menyimpan potensi energi yang ramah lingkungan. Ya, bunga Matahari namanya.
Bunga yang berwarna khas kuning ini, memiliki biji yang mengandung minyak. Bijinya memang tipis. Meski begitu, biji tersebut memiliki kandungan minyak 48 sampai 52 persen. Untuk bisa menghasilkan minyak sebanyak satu liter, dibutuhkan 60 tandan bunga majemuk. Beberapa penelitian juga mencatat, biji bunga matahari juga bisa diolah sehingga menjadi biosolar.
Dengan memiliki kandungan tersebut, wajar jika bunga yang memiliki nama latin Helianthus Annuus, ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber minyak, baik untuk kebutuhan pangan maupun industri.
Biji bunga tersebut, jika diproses dengan pengepresan dingin, maka dapat digunakan untuk salad, minyak masak dan mentega. Jika dilakukan dengan pengepresan panas, sebagian besarnya itu bisa digunakan untuk industri cat, plastik, sabun, detergen, dan ajuvan pestisida.
Biji tersebut dikupas dengan alat pengupas sebelum dipres. Lalu, biji itu dipanaskan dalam suhu 180-240 derajat fahreint. Kemudian, dipres secara mekanik dengan menggunakan expeller. Proses tersebut dapat memisahkan setengah kandungan minyak, lalu ditempatkan dalam proses larutan ekstraksi untuk memisahkan sisa minyak melalui pencucian secara kimia.
Minyak biji bunga matahari merupakan trigliserida yang tersusun atas asam lemak dan gliserol yang memiliki rantai karbon panjang. Sedangkan asam lemaknya, dapat di-alkoholisis dengan alkohol yang memiliki berat molekul rendah.
Permasalahan yang muncul kini bagaimana memperoleh yield yang baik, dari alkoholisis minyak biji bunga matahari dengan metanol, dengan katalisis Natrium Hidroksida (NaOH) untuk menghasilkan metil ester sebagai bahan bakar alternatif.
Metil ester yang dihasilkan itulah yang diharapkan dapat menjadi bahan bakar alternatif. Dengan begitu, ada harapan minyak bumi dapat digantikan dengan bahan bakar yang dapat diperbaharui dan lebih ramah lingkungan.
Biji bunga matahari ini juga mengandung 45 sampai 50 persen lipid, sehingga, hal itu memungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber energi biodiesel. Asap hasil pembakaran dari metil ester ini bersih dan tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida.
Metil ester adalah bahan kimia dasar turunan dari minyak dan lemak. Metil ester ini diproduksi dengan proses alkoholisis, di mana minyak atau lemak itu direaksikan dengan methanol atau biasa disebut dengan metanolisis.
Proses metanolisis minyak atau lemak akan menghasilkan metil ester dan gliserol dengan memecahkan trigliserida. Sebagaimana diketahui, alkoholisis adalah reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk membentuk suatu ester.
Wujud metil ester ini berupa cairan berwarna yang mudah larut dalam alkohol tapi tidak larut dalam air. Metil ester juga biasanya digunakan sebagai pembasah, campuran pelumas dan pelindung. Sedangkan gliserol, itu adalah cairan yang tidak berbau, tidak berwarna, hidroskopis, larut dalam air dan alkohol, tapi tidak larut dalam eter, benzene, dan kloroform.
Dalam sebuah penelitian, minyak bunga matahari secara 100 persen pernah digunakan untuk kendaraan traktor, sebagai pengganti bahan bakar diesel. Dan ternyata, bunga matahari memiliki viskositas 14 persen lebih tinggi ketimbang bahan bakar diesel pada 37 derajat celcius.
Mesin atau motor dapat menggunakan minyak biji bunga matahari karena sama dengan mesin diesel, tapi, oksidasi minyak bunga matahari itu menyebabkan getah berat atau deposit lilin menempel pada peralatan tes.
Untuk diketahui, bunga matahari merupakan produk makanan yang penting bagi manusia karena memiliki kandungan energi yang tinggi. Bahan nabatinya sampai 86 persen. Beberapa penelitian mencatat, hampir 12,6 persen produksi minyak nabati di dunia dipenuhi dari bunga matahari.
Minyak yang dihasilkan dari biji bunga matahari, itu kemudian diekspor sebagai minyak mentah, atau dimurnikan untuk konsumsi lokal. Proses penjernihan, termasuk proses degumming, yakni dengan menambah air panas dan dikombinasikan dengan centrifuge.
Minyak itu kemudian dicuci dan diharumkan dengan proses pemanasan atau pendinginan dan penyaringan akhir, yang tidak membutuhkan hidrogensi. Sebagai tumbuhan yang ditanam di tanah yang hangat, bunga Matahari harus berada di suasana yang cerah. Daerah-daerah yang beriklim subtropis, tentunya menjadi tempat favorit bagi tumbuhan ini.
Namun, di beberapa negara di Eropa, bunga ini hanya bisa ditanam pada musim semi sampai musim gugur. Bahkan, tanaman ini juga menghindari frost. Tumbuhan jenis ini memang seharusnya ditanam di dataran tinggi. Jika ditanam di situ, daerah-daerah tropika misalnya, bunga Matahari akan tumbuh dengan baik.
Tanaman yang kerapatannya mulai 6000 sampai 7000 tanaman per hektar, ini merupakan tumbuhan yang berasal dari suku kenikir-nikiran (Asteraceae). Diameter kepala bunganya bisa mencapai 30 cm.
Bunga Matahari, termasuk dalam kategori majemuk. Tumbuhnya tanaman ini terdiri dari ratusan bahkan ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Seperti namanya, bunga ini selalu menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Sifat ini biasa disebut heliotropisme. Tournesol, yang berarti pengelana Matahari, adalah sebutan orang Perancis untuk bunga ini.
Comments