Melestarikan Lingkungan Hidup Secara Berkeadilan


            Awal April lalu, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengadakan agenda tahunan yang dinamai “The 4th IndoGreen Forestry Expo 2012” di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta. Agenda yang mengusung tema “Green Growth Economy Toward 2020” ini, bertujuan ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa melalui tema tersebut, Indonesia berkomitmen untuk mengelola, memperbaiki, dan melestarikan hutan dan kawasan lingkungan hidup secara berkeadilan.
            Agenda ini juga didasarkan pada komitmen pemerintah untuk menurunkan Gas Rumah Kaca sebesar 26 persen dengan upaya sendiri, atau sampai 41 persen dengan dukungan internasional, dan menumbuhkan perekonomian negara sebesar 7 persen dalam 1 tahun.
            Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan hadir, dan mengisi salah satu rangkaian acaranya, yaitu dialog Menteri Kehutanan dengan Anak Sahabat Alam. Dialog ini bertema “Budayakan Menanam Pohon Sejak Usia Dini”.
            Acara yang digelar selama 4 hari, 5 sampai 8 April, ini ditutup dengan berkendara sepeda secara bersama. Peserta yang hadir dalam “Green Fun Bike” ini mencapai 500 orang. Rute dimulai dari Manggala Wanabakti, lalu Bundaran Hotel Indonesia (HI), hingga terakhir Parkir Timur Senayan.
            Untuk menjaga keberlangsungan energi yang kian terkuras, ia berharap, agar budaya bersepeda dapat disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat Jabodetabek. Menurutnya, dengan bersepeda, maka akan dapat menghemat banyak energi. “Mensosialisasikan budaya bersepeda sebagai transportasi alternatif kepada masyarakat luas karena wilayah Jabodetabek sudah sesak polusi CO2,” tandasnya sebelum melepas para pesepeda kala itu (8/4).
            Seusai acara bersepeda, secara simbolis, Bang Zul, sapaan akrabnya, menanam pohon dan menyerahkan bibit pohon kepada peserta, di areal Gedung Olahraga Bung Karno. Sebagai upaya menghijaukan Indonesia, program menanam pohon 1 milyar tak hanya guyonan belaka.
            Lelaki kelahiran Lampung ini menuturkan, makna ‘menanam’ itu lebih ke arah filosofis. “Rezeki itu dari Tuhan. Bencana juga dari Tuhan. Manusia itu berusaha menangkap keinginan Tuhan agar mendapat rezeki yang baik dan terhindar dari bencana,” ucapnya.
            Untuk menghijaukan Indonesia, aktivitas menanam pohon tak sebatas penghijauan. Tapi juga diarahkan agar pohon yang ditanam itu memiliki daya guna dan kelangsungan hidup keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. Kendati demikian, jika budaya menanam telah dimiliki masyarakat, lanjutnya, Indonesia akan menjadi negeri yang hijau, dan menunjukkan bahwa itu bukan mimpi semata.
            Sebagai upaya untuk menyelamatkan bumi dari global warming dan perubahan iklim, program penanaman pohon, atau revegetasi kembali terhadap hutan yang kian gundul, mendapat hasil yang membuat tiap orang tersenyum riang. “Meski sudah menjadi program nasional, program menanam semilyar pohon per tahun tidak dapat terwujud jika tidak mendapat dukungan semua pihak, terutama masyarakat,” tandasnya.
            Ia juga mengakui, menanam pohon tidak mungkin dilakukan dengan sendiri. Jika hanya sendiri, menurutnya, tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Kalangan partai pun diajak untuk mengikuti program tersebut, dan menganjurkan para kadernya menanam pohon.
            Melalui program penanaman pohon 1 milyar ini, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan, akan sejahtera. Lelaki berbadan tegap ini, pada tahun 2010, juga telah berencana membuat hutan kemasyarakatan seluas 210.749,64 hektar, hutan rakyat kemitraan seluas 203.833 hektar, hutan desa seluas 10.310 hektar, dan pencadangan hutan tanaman rakyat yang mencapai 480.303 hektar. Maka, dari jumlah itu semua mencapai 905.195,64 hektar. 
            Sebelumnya, pada 2009 lalu, telah dicanangkan program pendukung, “one man one tree”. Program ini mengajak agar tiap individu menanam satu pohon dalam satu tahun. Bang Zul menambahkan, program tersebut bisa ditingkatkan kembali efektifitasnya, dengan menjadi satu bulan. Jadi, lanjutnya, jika tiap orang menanam satu pohon tiap bulan dalam kurun waktu satu tahun, maka terhitung dalam satu tahun itu akan menghasilkan 2,76 milyar pohon.
            Lalu, pada tahun 2010-nya, pihaknya juga telah memiliki langkah selanjutnya. Karena pada 2010 lalu, tak hanya menanam, program pemeliharaan pun terus digalakkan. Penanaman dan pemeliharaan pohon ini sebagai langkah untuk perbaikan lingkungan, rehabilitasi hutan, lahan, tanah, air, agar berdampak pada kemampuan suatu daerah untuk dapat mengendalikan bencana banjir, longsor, dan kekeringan.
            Selain pengembangan program penanaman pohon yang dilakukan masyarakat, Bang Zul kini tengah mendukung usaha para pebisnis kelapa sawit. Februari lalu, pada acara International Palm Oil Conference yang diadakan di Nusa Dua, Bali, dalam sambutannya, ia mengatakan tidak setuju terhadap Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat (AS) yang menganggap bahwa minyak sawit mentah bukan bahan baku biodiesel yang ramah lingkungan.
            Karenanya, berdasarkan kajian EPA, pemerintah AS tak perlu memberikan insentif terhadap pebisnis minyak sawit mentah. Menurut Bang Zul, kebijakan AS ini sarat ketidakadilan karena dapat merugikan posisi CPO Indonesia di pasaran negara.
            “Sungguh kebijakan itu tidak adil, dan itu salah satu cara yang dapat menghambat pengembangan industri sawit Indonesia, meski volume CPO Indonesia yang masuk pasar negeri itu masih relatif kecil,” ujarnya dalam acara internasional tersebut.
            Dalam pandangannya, luas perkebunan kelapa sawit relatif kecil dibandingkan total luasannya. Total luasannya tidak sampai 6 persen dari total keseluruhan areal pertanian sumber minyak nabati dunia yang seluas 700 juta hektar. Artinya, ia melanjutkan, luas kebun sawit dunia seluas 15 juta hektar, dan 8 juta hektarnya berada di Indonesia.
            Ia menganggap bahwa AS sebenarnya tak memiliki alasan untuk mengaitkan kebun sawit dengan percepatan perubahan iklim dunia. Lagi pula, luas hutan tropis Indonesia mencapai 136 juta hektar. Itu pun sudah terbagi ke beberapa kategori, kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan hutan produksi konversi.
            Meski demikian, dalam pidatonya, ia mengajak industri kelapa sawit untuk bersikap bijaksana atas keputusan AS tersebut. Terlebih, industri kelapa sawit sudah banyak memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara, khususnya kesejahteraan masyarakat.        

REDD Plus
            Selain program penanaman pohon 1 milyar, Kemenhut juga mendukung penuh atas Program Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) Plus, atau Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Perusakan Hutan. Sebagai program yang diusung oleh PBB terkait soal perubahan iklim, REDD memfokuskan dirinya untuk menstabilisasi gas rumah kaca dalam atmosfer, ke tingkat yang aman dan tidak dicampuradukkan dengan kepentingan manusia dalam pengaturan sistem iklim dunia.
            Ia yakin bahwa legislasi REDD Plus ini harus segera dirumuskan. Dengan banyaknya pihak yang terlibat, legislasi tersebut membutuhkan waktu lebih lama. Berbagai sektor terlibat di dalamnya, seperti sektor kehutanan, pertambangan, pariwisata, keuangan, pertanian, dan lainnya.  Beberapa dasar legislasi ini telah tertera di dalam Strategi Nasional REDD Plus.
            Karena itu pula ia merasa bahwa rumusan kerangka legislasi ini mesti mencakup semua kepentingan, termasuk sektor-sektor yang berkaitan. Sektor energi, baginya, harus diarahkan ke penggunaan energi yang berbahan baku nonfosil. “Seperti geotermal, biofuel, wood energy,” tukasnya.
Umar Mukhtar

Comments