Buru-buru ke Kampus

Awan yang menggumpal dan menggelapkan daerah Ragunan, membuat saya menggeber motor Honda tua ini, agar tidak kehujanan dan cepat sampai kampus, karena kebetulan saya nggak bawa jas hujan. Tetapi apa boleh buat, hujan keburu mengguyur daerah itu, dan saya pun berteduh bersama pengendara lainnya.

Menunggu dengan lama dan sabar, hujan masih belum reda. Saya pun gelisah karena takut terlambat untuk masuk kuliah jam 11.00 wib. Sms pun dikirimkan kepada sohibnya, tetapi sepertinya dewi fortuna tidak berpihak padanya, karena tidak ada balasan sms dari sohibnya itu.

Kekesalan semakin dirasakan dan saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke kampus, walau dalam keadaan hujan sekalipun tanpa jas hujan. Bagaikan Valentino Rossi yang belum terkenal, begitu lihainya dia ketika menyalip pengendara-pengendara yang menghalanginya.

Tetapi saya mengalami kesulitan ketika hendak menyalip pengendara yang tampak seperti bapak-bapak. Karena cara berkendaranya yang begitu ngeselin. Bapak itu berkendara dengan sangat pelan di lajurkanan. Klakson pun dipencet dan bapak itu akhirnya minggir juga.

Sesampainya di kampus, bajunya basah kuyup dan lepek yang tidak mungkin saya hindari karena betapa derasnya hujan yang mengguyurnya. Kemudian saya memarkirkan motornya dekat dari fakultasnya, yaitu Adab dan Humaniora.

Dengan tergesa-gesa saya lari menuju kelasnya dengan melangkahi satu anak tangga, pandangan mahasiswa lain pun terarah pada saya yang seakan-akan sedang dikejar oleh robot raksasa transformer. Tetapi apa yang terjadi ketika saya masuk ke kelas?

Yang ada hanyalah tiga mahasiswa yang juga merupakan teman sekelasnya, yang sedang makan-makan. Lalu saya menanyakan tentang kehadiran dosennya. Jawaban mereka menusuk hati saya yang berjuang menerjang derasnya hujan. Karena mereka menjawab, “Dosennya gak ada, katanya dia ada acara”.

Rasanya saya ingin berteriak setelah mendengar kalimat itu. Dalam hatiku berkata, “Kenapa gak ada yang sms gua, sial”!!! Memang di kelas saya kadang terjadi kekurangkompakkan, sehingga sering mengakibatkan adu mulut yang berkepanjangan.

Saya duduk sebentar untuk mengistirahatkan diri, dan akhirnya ke warteg langganan untuk merokok dan ngopi agar pikiran plong. Sruup...! Ketika dalam tegukan kopi yang pertama, suara sms melengking di kantong kirinya dengan getaran yang cukup menggelikan.

Dibacanya sms itu dan “Baru nanya sekarang lagi”! kata saya ketika membaca sms itu. Sms tertulis “ada dosennya gak? Sori, sms lu ga gua bales, tadi gua ada kerjaan”. Kemudian saya membalasnya dengan menulis “Dosennya gak ada, alasannya sama kaya lu, ada kerjaan”!

Saya melanjutkan aktifitas di warteg. Kedatangan saya tidak terlalu sia-sia karena saya ada acara saat sore itu. Sambil menunggu acara berikutnya, saya ke Student Center (SC) untuk istirahat dan sholat dzhur (Isho).

Saya basuhlah tubuh yang diharuskan terkena air wudhu setelah lumayan panjang aktifitas yang membuat saya sedikit menyesal datang ke kampus. Akan tetapi perjuangan hidup tidak selesai sampai di situ saja, karena masih banyak tembok-tembok yang harus dihancurkan demi berlangsungnya kehidupan yang diimpi-impikan.

Saya pun dalam shalat, sujud kepada Tuhan untuk memohon ampun atas kesalahan saya yang telah dibuat dan memanjatkan doa serta puji syukur karena keselamatan terhadap himpitan waktu yang menjepitnya. Akan tetapi saya tahu kalau waktu tidak akan berhenti menjepitnya di saat benar-benar membutuhkannya.

Ditulis kalau tak salah pada 2009.

Harap memaklumi tulisan ini karena ditulis saat baru-baru belajar nulis.

Comments