Immoralitas dalam Lagu "Hamil Duluan"

Bisa dikatakan musik dangdut saat ini jadi fenomenal. Seperti lagunya Ayu Ting-ting, sekarang semua orang sering menyanyikannya. Di warkop-warkop, kos-kosan, dan orang yang lagi jalan kaki pun menyanyikan lagu tersebut. Itu karena saya sering dengar seseorang jalan kaki sambil nyanyi lagu tersebut.

Yang fenomenal, bukan hanya lagu itu, kini lagu “hamil duluan” mulai menanjak juga. Potongan lagunya, //kuhamil duluan//sudah tiga bulan//gara-gara pacaran tidurnya berduaan//. Lirik ini, secara kata, memang tidak vulgar, tapi, secara makna memang vulgar. Karena telah menunjukkan realitas yang sebenarnya, terutama pada kaum muda.

Namun, realitas yang menggambarkan negatifitas pada kaum muda ini, seperti memperoleh tepuk tangan yang meriah dari kalangan bawah. Secara tidak langsung, masyarakat telah melegitimasi tindakan-tindakan dalam lirik tersebut. Dalam lirik itu, merepresentasikan tentang immoralitas dari anak muda masa kini yang sudah menjadi rahasia umum.

Sebenarnya masyarakat, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu pun sudah tahu tentang tingkah laku para ABG. Hanya saja, lagu ini tampak seperti menguatkan dan menyebarkan lebih luas negatifitas dari kehidupan anak muda kini.

Tak ada yang menyangkal, tak ada yang bergerak atas lirik lagu ini pula. Semua diam membisu tanpa makna sambil berjoget-joget ria menikmati lagu ini. Apakah immoralitas ini telah disahkan melalui lagu ini? Apakah diamnya masyarakat kini itu menunjukkan keabsahan terhadap tindakan immoral dalam lagu ini?

Dilihat dari lagu-lagu dangdut terdahulu, kebanyakan isinya tentang kondisi sosial masyarakat, dan itu pun berupa nasehat-nasehat kepada kita. Seperti lagu-lagunya Rhoma Irama, yang berisi renungangannya dan tidak lupa memberikan nasehat-nasehat yang seharusnya dilakukan manusia.

Pasti kita tahu lagu ini, “begadang jangan begadang, kalau tiada artinya.” Dan kita pun tentu tahu arti lirik ini. Walaupun lagunya berupa cerminan kehidupan masyarakat, tapi isi lagu tidak semata-mata hanya cerminan, tapi juga nasehat yang harus didakwahkan.

Dalam lagu “hamil duluan”, seperti timbul rasa kebanggaan dengan kehamilan tanpa menikah terlebih duluan. Sudah tiga bulan pula, saya pun tidak tahu apakah anak dalam kandungannya itu digugurkan atau tidak? Yang pasti, lagu itu terbayang seorang perempuan yang digauli oleh pacarnya, dan akhirnya hamil sampai sudah tiga bulan. Prosesnya mulai dari berduaan, lalu tidur berduaan, gelap-gelapan, dan itu semua tidak kelihatan oleh ibu kosan. Ya mungkin saja kejadiannya di kosan.

Apakah motif yang diinginkan pencipta lagu ini sehingga kok bisa membuat lagu yang bertema seperti ini? Entah ia mengalaminya atau tidak, saya tidak tahu. Mungkin hanya dia, teman-temannya, dan Tuhan yang tahu.

Tapi, pastinya lagu yang ia buat mencerminkan realitas anak muda masa kini. Dengan permainan diksi dan nada yang begitu riang dalam lagu ini, menggambarkan tentang kebahagiaan seorang perempuan yang dihamili tanpa diawali pernikahan.

Comments