Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi


Riwayat Hidup
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-RaziIa termasuk ulama yang menguasai ilmu akli dan nakli pada masanya. Ia juga seorang ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu, antara lain: sejarah, teologi, fikih, ushul fikh, tafsir, filsafat, sastra, dan matematika. Ruang kuliah dan pengajiannya selalu dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menimba ilmu darinya.


Fakhruddin Razi termasuk ilmuan yang meragukan sebagian besar prinsip-prinsip filsafat yang sudah diterima pada masa itu. Ia juga mengkritik dan menyanggah pendapat para ulama sebelumnya. Para filsuf yang hidup sezaman dengan Fakhruddin Razi dan setelahnya seperti: Khajeh Nasiruddin Thusi, Mirdamad, Mullah Sadra, dan ilmuan lainnya berusaha menjawab kritikan yang dilontarkan oleh Razi. Disamping mengajar dan mengisi kuliah, Fakhruddin Razi juga menulis berbagai karya ilmiah. Karya-karyanya antara lain: "Tahsilul Al-Haq" dalam bidang teologi, "Mafatihul Ghaib" dalam bidang tafsir yang lebih dikenal dengan "Tafsir Al-Kabir", dan "Nahayatul Al-‘Uqul."
            823 tahun yang lalu, tanggal 30 Syawal tahun 606 Hijriah, Fakhruddin Razi, seorang ahli dalam bidang fikih (fakih) dan ulama terkemuka Iran meninggal dunia pada usia 62 tahun di kota Haraat.

Filsafat lima kekal
Al-Razi memiliki prinsip filsafat. Prinsipnya itu biasa disebut filsafat lima kekal. Kenapa lima? Kenapa kekal? Lima kekal ini mencakup Tuhan, Jiwa Universil, Materi Pertama, Ruang Absolut, dan Zaman Absolut. Terkait zaman absolute, ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dahr dan al-waqt. Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir. Ia memiliki pandangan bahwa seluruh isi alam semesta ini muncul dengan sendirinya tanpa mengetahui dari mana asal-mulanya. Karena tidak tahu mulanya, maka ia pun menganggap tidak akan terketahui pula kapan berakhirnya. Lalu yang kedua, zaman terbatas, disifati oleh angka.
            Dua dari yang lima kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu dari padanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang dan masa.
            Materi adalah kekal, karena creation (penciptaan dari tiada) merupakan suatu hal yang tak mungkin. Kalau materi kekal, ruang mesti kekal, karena materi tak boleh tidak mesti bertempat dalam ruang. Karena materi mengalami perubahan, dan perubahan itu menandakan zaman, maka zaman mesti kekal pula kalau materi kekal.
            Materi pertama atau materi absolute memiliki bentuk atom yang masing-masing mempunyai volum. Atom yang padat merupakan atom tanah, yang airnya agak jarang, yang lebih jarang atom udara dan yang lebih jarang lagi atom api. Kalau ala mini hancur, atom-atomnya akan bercerai-berai kembali.
Roh dan Materi
Walaupun materi pertama kekal, alam tidak kekal. Alam diciptakan tuhan, bukan dalam arti “penciptaan dari tiada”, tapi dalam arti disusun dari bahan yang telah ada. Menurut al-razi, tuhan pada mulanya tidak berniat membuat alam ini. Akan tetapi menurutnya, suatu saat, roh tertarik pada materi pertama, lalu bermain dengan materi pertama, tapi materi pertama itu berontak. Kemudian Tuhan datang menolong roh dengan membentuk alam ini dalam susunan kuat sehingga roh dapat mencari kesenangan materi dalamnya. Tuhan membuat manusia dan roh juga bertempat di dalamnya.
            Karena roh yang terikat pada materi, ia lupa pada asalnya dan lupa bahwa kesenangannya yangsebenarnya bukan terletak dalam persatuan dengan materi, tapi dalam melepaskan diri dari materi. Karena itu, tuhan memberi manusia akal yang menurutnya, akal itu berasal dari zat Tuhan itu sendiri. baginya, akan berperan untuk menyadarkan manusia yang telah terpedaya oleh kesenangan materi yang sebenarnya fana belaka.
            Alam yang sebenarnya dan kesenangan yang sebenarnya berada di luar alam materi dan alam itu dapat dicapai hanya dengan filsafat.  Roh akan tetap berada dalam alam fana ini selama ia tak dapat mensucikan diri dengan filsafat. Kalau seluruh roh sudah bersih, seluruhnya akan kembali ke alam asalnya. Pada ketika itu alam materi ini akan hancur, dan roh dan materi kembali ke asalnya semula. Alam ini adalah terbatas dan hanya satu, dan di luar alam terdapat tuhan.
Rasio dan Agama
Al razi adalah seorang rasionalis yang hanya percaya pada kekuatan akal dantidak percaya pada wahyu dan perlunya nabi-nabi. Ia berkeyakinan akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang baik dan buruk, untuk lebih mengetahui Tuhan dan untuk mengatur hidup manusia di dunia ini. Manusia, menurutnya, pada dasarnya memiliki daya berpikir yang sama besarnya. Adapun perbedaan yang muncul, dikarenakan keberlainan pendidikan yang dialami tiap orang dalam suasana perkembangan yang berbeda pula. Menurutnya, nabi-nabi membawa kehancuran bagi manusia, karena ajaran-ajaran yang dibawanya saling bertentangan. Terlebih lagi, ajaran itu menimbulkan semngat saling membenci di antara umat manusia yang meningkat menjadi perang antar agama ataupun sesame agama. Bisa dibilang ia seorang kritikus agama.
            Umat manusia yang tunduk agama, hanya karena tradisi, kekuasaan para tokoh-tokoh agama, serta tertarik terhadap acara-acara ritual yang mampu menghegemoni jiwa manusia dengan pemikiran yang sederhana itu.
            Alquran memang baik dari segi bahasa dan gaya walupun ia tidak mempercayai kemukjizatannya. Karena sebenarnya, ia lebih menganggap penting buku-buku filsafatnya dan ilmu pengetahuan dari pada buku-buku agama.
            Dalam filsafatnya terkait hubungan antaramanusia dengan Tuhan, ia cenderung mengikuti filsafat Pythagoras, bahwa agar manusia merasakan kesenangan yang hakiki, maka perlu kembali pada Tuhan dengan melupakan alam fana ini. Untuk kembali pada Tuhan, roh harus disucikan, bagi Al-Razi, roh itu hanya dapat disucikan melalui ilmu pengetahuan, yaitu filsafat.
            Dalam paham Pythagoras ini ada sedikit ketidakjelasan. Al-Razi begitu dekat dengan zahid dalam hal hidup kematerian. Akan tetapi, ia juga menganjurkan moderasi. Baginya, manusia itu tidak boleh terlalu zahid, tapi juga jangan terlalu bersenang-senang. Manusia harus menjauhi kesenangan yang dapat diperoleh hanya dengan menyakiti orang lain atau yang bertentangan dengan rasio. Sebaliknya, manusia jangan pula sampai tidak makan atau berpakaian, tapi makan dan berpakaian sekedar untuk memelihara diri.
Kesimpulan
            Al-Razi adalah yang filosof yang memercayai bahwa:
1.      Tidak percaya wahyu
2.      Alquran bukan mukjizat
3.      Tidak percaya pada nabi-nabi
4.      Adanya kekekalan dalam hal yang tidak bermula dan tidak berakhir selain Tuhan


Daftar Pustaka
            Madkour, Ibrahim. Aliran dan Teori Filsafat Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
            Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisime dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)

Comments