Sejarah Jurnalisme Investigasi di Dunia dan Indonesia

(Dok. thenextweb.com)

Sebelum Amerika terbentuk menjadi Negara, di sanalah asal mula tumbuhnya jurnalisme investigasi. Saat di mana Inggris menguasai wilayah Amerika, Benyamin Harris melakukan liputan investigasi untuk menguak dan melawan pemerintahan kolonial Inggris. Dapat dikatakan juga bahwa dialah yang mengawali  lahirnya semangat crusading kala itu.

Semangat ini pun tidak berhenti begitu saja, pada tahun 1721, James Franklin menerbitkan English Courant secara lebih formal. Di dalamnya berisi tentang ketegasan sikap perlawanannya terhadap koloni Inggris.  Tapi itu semua belum dinamakan investigasi.

Istilah investigasi sendiri baru digunakan ketika Nelly Bly seorang jurnalis yang bekerja di Pittsburgh Dispatch pada tahun 1890. Ia mengawalinya dengan melakukan investigasi terhadap kehidupan buruh yang sangat memprihatinkan. Orang yang berkondisi sangat buruk dan tidak layak dipekerjakan itu dipaksa bekerja saat itu.

Investigasi yang dilakukannya diterbitkan secara serial. Namun, tindakan itu memecatkan dirinya dari pekerjaannya karena iklan-iklan yang tidak setuju dengan pelaksanaan investigasi tersebut. walau akhirnya, saat ia sedang giat mengembangkan investigasinya, tahun 1887, Joseph Pulitzer tokoh legendaris pers saat itu, merekrutnya agar ia memiliki wadah dari hasil investigasinya, yakni di koran The New World.

Investigasi yang dilakukan Bly, menuntut terjadinya perubahan saat itu. Karena keberingasan pemerintahan colonial Inggris, terutama terhadap kaum buruh, sudah tak terbendung lagi. Pulitzer sebagai tokoh pers kala itu, menitikberatkan reportase investigasi pada dua aspek. Pertama, harus membawa pencerahan atau perubahan kepada masyarakat, dan kedua, memiliki nilai perlawanan dalam reportase yang dilakukan.


Berbeda dengan awal kemunculan jurnalisme investigasi yang kurang terorganisir, pada abad ke-20 sudah mulai terorganisir. Pada abad ini, jurnalisme investigasi yang sering disinonimkan dengan istilah “jurnalisme crusading” ini, lebih berorientasi pada masalah muckraking.

Karena dalam era muckraking, banyak terjadi keantisosialan, kesenjangan di antara masyarakat, dan terutama, masalah dalam dunia politik pemerintahan dan bisnis. Saat itu, presiden Amerika bernama Theodore Roosevelt. Ia memberikan sebutan “muckrakers” bagi para jurnalis yang meliput “kotoran” atau “muck”, karena dianggap melupakan sisi positif kehidupan Amerika.


Comments